29 Okt 2010

Mbah Maridjan: Antara Amanat,Rasional,Kultus Individu

Saat saya mendengarkan ceramah Jum'at tadi, saya menyimak dengan seksama sang khatib membaca khutbah. Materi ceramah yang dibacakannya menarik perhatian saya karena mengangkat isu aktual yang sedang ramai saat ini yaitu: MBAH MARIDJAN.

Banyak yang menyikapi perihal kematian Mbah Maridjan ini dari mulai yang mengaitkannya dengan ke "Shalihan" Mbah Maridjan dikarenakan posisi jenazahnya yang sedang sujud dan juga yang menyesalkan tindakannya tidak menuruti perintah rajanya (Hamengku Buwono X) yang menyebabkan ke "Saktiannya" luntur.

Tetapi terlepas dari beragam sikap dan personal opinion para pengamat, saya mencoba mengaitkan nya peristiwa semacam ini dengan penyakit yang memang sudah akut di sebagian rakyat Indonesia yaitu: KULTUS.

Kultus individu sepertinya memang sulit dilepaskan dari budaya Bangsa ini, hal ini mungkin terkait erat dengan sejarah kepercayaan lama Bangsa ini yaitu Animisme dan Dinamisme. Mungkin hal ini jika ditinjau dari aspek sosiologis tidaklah aneh menimpa masyarakat sederhana (adat)yang jika dalam disiplin ilmu antropologi hukum disebut tidak rasional dan bercorak magis religius. Akan tetapi akan terasa aneh jika hal ini menimpa masyarakat modern yang rasional.

Mengenai rasional yang saya maksud adalah peringatan dari BMKG tentang status Gunung Merapi yang benar-benar akan meletus. Nah saat itulah Almarhum Mbah Maridjan ini mengimbau warga sekitar agar jangan panik dan tidak perlu turun. Ucapan Sang Juru Kunci tersebut dipatuhi warga yang menganggap Mbah sebagai orang sakti dan orang suci. Nah disinilah perbedaan antara masyarakat adat dengan modern yang saya maksud.

Presiden sudah membujuk Mbah Maridjan agar mau meninggalkan tempat tersebut akan tetapi ditolak, tidak ketinggalan pula Sultan Hamengku Buwono X yang merupakan anak dari Hamengku Buwono IX yang mengamanatkan Gunung Merapi kepada Mbah Maridjan telah membujuk Sang Kuncen membujuk warganya untuk meinggalkan lokasi. Wlaupun akhirnya warga menuruti perintah sang Sultan akan tetapi hal itu tak merubah pendirian Mbah Maridjan untuk tetap teguh memegang amanah yang diberikan kepadanya untuk tidak meninggalkan Gunung Merapi.

Dan sesuai prediksi BMKG bahwa Merapi benar-benar meletus dan Sang Kuncen pun menjadi korban lahar Merapi.

Namun ada Hikmah yang dapat dipetik dari kejadian ini bahwa bagaimanapun Mbah Maridjan adalah manusia biasa, dan ini membuka pikiran masyarakat adat bahwa tak ada manusia yang sakti. Dan yang perlu saya garis bawahi sosok Mbah Maridjan yang teguh memegang manah ini sebenarnya pantas ditiru pemimpin kita yang sudah tumpul Nurani dan tak punya rasa malu telah menyia-nyiakan amanah rakyat.

Anda sedang membaca artikel tentang Mbah Maridjan: Antara Amanat,Rasional,Kultus Individu dan anda bisa menemukan artikel Mbah Maridjan: Antara Amanat,Rasional,Kultus Individu ini dengan url http://ikhwanfpi.blogspot.com/2010/10/mbah-maridjan-antara.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Mbah Maridjan: Antara Amanat,Rasional,Kultus Individu ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Mbah Maridjan: Antara Amanat,Rasional,Kultus Individu sumbernya.