Gambar yang disebar Militer Israel untuk membentuk opini bahwa relawan di Kapal Mavi Marmara telah menyiapkan penyerangan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Seperti halnya konflik di wilayah lain, konflik Israel-Palestina juga tidak lepas dari propaganda. Kedua pihak yang terlibat konflik memanfaatkan informasi dan media massa untuk mencapai tujuan masing-masing. Lewat upaya tersebut mereka menghendaki adanya dukungan terhadap penyerangan yang mereka lakukan. Ini dibuktikan dengan ditetapkannya juru bicara dari masing-masing pihak yang berkonflik untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas.
Dari sisi Palestina, baik organisasi pembebasan Palestina, PLO, maupun Hamas berupaya semaksimal mungkin untuk mempengaruhi masyarakat bahwa pendudukan Israel tidak bisa dibenarkan. Lewat gerakannya, pendiri PLO terus berupaya menyampaikan informasi kepada masyarakat dunia untuk mendapatkan dukungan. Hal yang sama juga dilakukan para pemimpin Hamas untuk menunjukkan bahwa Israel tidak memiliki hak untuk menguasai Palestina.
Proganda yang dijalankan oleh pihak Palestina cenderung konvensional. Langkah yang mereka tempuh sangat mengandalkan kemampuan para pemimpin Palestina untuk menyampaikan informasi soal situasi yang dihadapinya. Selebihnya, mereka mengandalkan ketertarikan media massa untuk menayangkan gambar maupun informasi soal kesulitan yang dihadapi rakyat Palestina akibat penyerangan-penyerangan Israel. Ini terkait dengan posisi mereka yang sedang diserang. Para pemimpin Palestina, terutama dari kelompok Hamas, harus memperhatikan betul keselamatan dirinya yang selalu menjadi incaran pasukan Israel.
Selain faktor keamanan, kondisi tersebut juga terkait dengan keterbatasan sumber daya yang mereka miliki. Palestina tidak memiliki cukup banyak dana seperti Israel untuk mendesain dan menyebarkan informasi lewat media massa berpengaruh. Mereka juga tidak punya cukup kekuatan lobi untuk mempengaruhi opini masyarakat dunia, terutama warga negara maju.
Namun demikian, lewat informasi yang disampaikannya mampu mengundang simpati masyarakat dunia, terutama dari negara berpenduduk Islam. Tidak hanya dukungan moral, warga Muslim dari beberapa negara berpenduduk Islam seperti Indonesia, Malaysia, Iran, Turki, dan sebagainya, juga mengumpulkan sumbangan dana untuk mendukung Palestina. Donasi untuk Palestina juga mengalir dari masyarakat Muslim di negara-negara Barat.
Sebaliknya, Israel menempuh berbagai cara untuk melancarkan propaganda. Para pemimpin Israel tidak hanya mengandalkan kemampuannya dalam menyampaikan pesan, tapi juga ikut mempengaruhi para pengelola media massa untuk memberikan dukungan. Erward Said dalam artikel opini yang dimuat dalam buku kompilasi From Oslo to Iraq and Roadmap mengungkapkan bahwa Israel telah membelanjakan ratusan miliar dolar untuk membiayai penyampaian informasi ke dunia luar. (bersambung)
Sumber: Republika.co.id